Month: November 2014

Urgensi Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Pendidikan IPS dalam Rangka Menyongsong AFTA 2015

Urgensi Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Pendidikan IPS dalam Rangka Menyongsong AFTA 2015

Tempat                                 :           Aula gedung A3 lantai 2

Hari/tanggal                      :           18 Agustus 2014

Waktu                                  :           8.10-11.00

Pemateri                              :           Prof. Zamroni Ph.D

Moderator                           :           Dr. GM Sukamto M.Pd, M.Si

Susunan Acara                 :           Pembukaan

Sambutan dari Dekan FIS

Penyampaian materi

Tanya Jawab

Penutupan

Hasil Kuliah Tamu           :

  1. Sambutan

Pembentukan karakter yang baik

Peperangan sekarang bukan lagi menggunakan fisik

Mencintai produk dalam negeri, dimana pemilik saham terbesarnya juga orang Indonesia

  1. Pembahasan :

Penggolongan Negara-negara di dunia dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: Developed Countries, Developing Countries, Under Developed Countries, Least Develped Countries. Developed Countries merupakan Negara maju dan berkembang, dimana masyarakatnya mayoritas sejahtera dan bekerja di bidang jasa. Developing countries adalah Negara berkembang yang sedang berupaya melakukan pembangunan. Under developed countries merupakan Negara belum maju, masih banyak berorientasi pada sector pertanian, dan pembangunannya masih cenderung lambat. Sedangkan Least developed countries merupakan kategori negara-negara miskin dengan pembangunan yang masih sangat kurang.

Namun saat ini terdapat kategori baru, yaitu The Failed nation (Negara gagal).The failed nation merupakan kategori Negara yang dianggap tidak bisa maju (gagal).Pembangunannya sangat lambat dan terkadang berhenti, malah sesekali mengalami kemunduran. Kegagalan yang dialami biasanya karena adanya revolusi yang mendadak, misalkan karena bencana alam atau kebijakan pemerintah yang tiba-tiba.

Pembangunan di Indonesia dinilai cukup lambat. Hal tersebut dapat diketahui dari proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia sejak masa kemerdekaan, dibandingkan proses pembangunan di Negara lain. Padatahun 60’an Indonesia banyak melakukan pembangunan, bahkan Indonesia juga pernah menjadi tuan rumahSeaGames 4. Saat orde baru juga, Indonesia telah mampu swasembada beras.Padahal saat itu Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan masih belum memulai apa-apa.

Namun saat ini pembangunan di Indonesia kalah jauh dengan Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Negara-negara maju lain. Padahal di Indonesia pembangunan sudah dilakukan sejak lama, namun masih belum Nampak. Pembangunan yang lambat tersebut disinyalir karena karakter dan moral bangsa yang rusak. Hal tersebut terlihat dari maraknya korupsi dan nepotisme. Masyarakat tidak lagi beretika dan tidak mencerminkan kepribadian bangsa.

Saatini Indonesia sedang menyiapkan diri dalam menghadapi AFTA (Asian Free Trade Area). Dalam AFTA arus modal dan produksiakan bebas masuk antar Negara, sehingga pasarakan menjadi luas dan muncul persaingan bebas antar Negara yang tergabung dalam AFTA. Persaingan bebas yang tercipta tidak hanya dalam hal perdagangan namun juga persaingan kesempatan kerja. Tenaga kerja dari suatu Negara dapat bebas keluar masuk dan melamar kerja di Negara lain.

Dengan adanya AFTA di masa mendatang, Indonesia sebenarnya sangat berpotensi dan memiliki banyak peluang untuk berkiprah dan semakin mengembangkan diri. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang juga banyak. Hal tersebut dapat berpotensi besar untuk menguasai pasar. Namun nyatanya Indonesia masih belum mampu bergerak bebas. Jumlah tenaga kerja  Indonesia yang terampil masih sangat sedikit. Selain itu moral dan karakter bangsa Indonesia juga semakin menurun.

Kepercayaan social dan kejujuran adalah kunci kemajuan suatu Negara. Saat suatu Negara memiliki masyarakat yang jujur serta kepercayaan social yang tinggi, maka di Negara tersebut akan jarang ada kasus korupsi, sehingga pembangunan dapat berjalan lancar. Jujur tidak hanya terwujud dari perkataan yang sebenarnya, namun juga terwujud dalam sikap amanah/dapat dipercaya dan menepati janji.

Perdagangan bebas memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain persaingan global, kerjasama globak, informasi global, karier dan pekerjaan global, serta sector ekonomi yang bergerak di bidang pelayanan jasa.

Untuk dapat bersaing dalam pasar bebas, dibutuhkan etika, kolaborasi/kerja sama, komunikasi yang baik, tanggung jawab social, dan sikap kritis. Selain itu di jaman teknologi seperti ini penguasaan IT juga sangat diperlukan, mengingat setiap hal banyak didukung teknologi mutakhir. Selain itu seseorang juga dituntut untuk selalu berinovasi. Tanggung jawab keuangan pribadi merupakan hal yang juga perlu selain kesehatan dan kebugaran yang seringkali diabaikan.

Karakter bangsa merupakan hal yang penting dalam memberikan arah bagi seseorang dalam bertindak.karakter bangsa mencerminkan identitas dan kepribadian suatu bangsa Negara. Karakter menjadi pedoman dalam mencapai tujuan.  Seseorang yang memiliki karakter yang baik dapat dilihat dari sikapnya saat seseorang tersebut dalam posisi sendiri atau tidak ada orang lain yang tau. Misalkan saat tiba-tiba ia menemukan uang, apa yang dilakukan setelah itu mencerminkan karakternya. Tanpa moral karakter, penampilan karakter akan nyeleneh. Tanpa moral penampilan, karakter moral akan tidak efektif, karena tidak ada tindakan.

Dalam kaitan IPS dengan karakter bangsa, IPS merupakan ilmu yang menkaji interaksi manusia secara terintegrasi. Peserta didik diharapkan memiliki daya kritis, sikap yang baik, dan mampu menjadi seseorang yang berguna bagi lingkungannya. IPS berperan dalam penyadaran akan realita bangsa dan Negara sekaligus memberi pencerahan akan potensi bangsa.

 

Beberapa hal yang harus dikembangkan melalui pendidikan IPS antara lain: spiritual kehidupan, etika kehidupan sehari-hari, belajar dan berlaku mandiri, bertanggung jawab, intropeksi dan refleksi diri, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Gallery :

Susunan Proposal dan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Ormawa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Periode 2014

PROPOSAL

SUSUNAN PROPOSAL DAN LPJ ORMAWA FIS UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ISI PROPOSAL KEGIATAN

  1. LATAR BELAKANG

Memuat tentang latar belakang dilakukannya kegiatan

  1. DASAR KEGIATAN

Memuat dasar hukum pelaksanaan kegiatan

III.    NAMA KEGIATAN

Memuat judul kegiatan sesuai yang direncanakan oleh Panitia

  1. MAKSUD DAN TUJUAN

Memuat maksud dan tujuan diadakannya kegiatan

  1. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Memuat waktu dan tempat dilaksanakannya kegiatan

  1. PESERTA

Memuat jumlah peserta yang direncanakan dalam mengikuti kegiatan

VII.   PEMBICARA (menyesuaikan)

Memuat nama dan asal pembicara

VIII. PELAKSANA (sesuai SK)

Memuat susunan Panitia sesuai dengan Surat Keputusan

  1. SUSUNAN ACARA

Memuat susunan acara pelaksanaan kegiatan

  1. BIAYA

Memuat sumber penerimaan dan pengeluaran dana untuk pelaksanaan kegiatan

  1. Penutup

Ketentuan Proposal:

  1. Proposal diketik 1.5-2 spasi
  2. ditandatangani oleh Ketua Pelaksana, Ketua HMJ, Pembina HMJ, Ketua Jurusan dan disahkan oleh WD III
  3. Diajukan ke Bagian Kemahasiswaan
  4. Mengambil dana di bagian Keuangan (80%)


ISI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) KEGIATAN MEMUAT:

Komposisi Laporan

(1)     Latar belakang kegiatan

(2)    Dasar kegiatan

(3)    Nama dan bentuk kegiatan

(4)    Waktu, tempat pelaksanaan kegiatan

(5)    Pelaksana Kegiatan

(6)    Target kegiatan pada saat rencana dan kesesuaian dengan pada saat kegiatan (hasil yang dicapai)

(7)    Jumlah peserta (lengkap dengan daftar hadir)

(8)    Ilustrasi pelaksanaan kegiatan (dalam bentuk narasi)

(9)    Hasil kegiatan dan dokumentasi

(10)  Pendanaan

(11)   Saran/Penutup

(12)  Bukti fisik penggunaan dana yang telah diberikan (lengkap dengan kwitansi)

   Ketentuan laporan Kegiatan:

  1. Laporan Kegiatan diketik 1.5-2 spasi
  2. Ditandatangani oleh Ketua Pelaksana, Ketua HMJ dan Pembina HMJ, Ketua Jurusan dan Wakil Dekan III
  3. Dibuat rangkap 2
  4. Diserahkan ke bagian keuangan
  5. Mengambil sisa dana (20%)

 

 

Sumber: TU KEMAHASISWAAN FIS UM

Lokakarya Akreditasi Program Studi di Universitas Negeri Malang Tahun 2014

Lokakarya Akreditasi Program Studi di Universitas Negeri Malang Tahun 2014

Dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu UM telah berhasil menunjukkan capaian pada standar nasional dan telah menjadi salah satu perguruan tinggi yang menjadi rujukan beberapa universitas lain di Indonesia. Sudah saatnya UM mendorong fakultas jurusan dan program studi untuk melakukan internasionalisasi standar pada seluruh program. Oleh karena itu UPT Satuan Penjamin Mutu UM perlu mengadakan sosialiasi guna meningkatkan wawasan pengetahuan dosen staf dan karyawan UM agar lebih peduli untuk terus konsisten dalam meningkatkan mutu hingga tingkat internasional melalui kegiatan “Lokakarya Akreditasi Program Studi Tahun 2014”. Acara ini diselenggarakan pada Hari Rabu – Kamis 25-26 Juni 2014 di Aula Perpustakaan UM Lt.2

Acara dibuka dengan sambutan Rektor UM Bapak Prof. Dr. Suparno. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa komponen akreditasi ada dua akreditasi institusi dan akreditasi program studi. Akreditasi Institusi telah dilaksanakan dengan baik pada Bulan Mei dan dalam kemajuan yang positif. “Menurut informasi ada kemajuan yang menggembirakan untuk hasil akreditasi institusi yang telah dilakukan tinggal menunggu hasil resmi sidang pleno BAN PT” ujar Pak Rektor. Akreditasi yang telah dilakukan mendapatkan apresiasi positif dari Tim Asesor. Pada rapat pimpinan pejabat UM Prof. Suparno menekankan agar dekan dan ketua jurusan ikut terlibat aktif dalam menyelesaikan akreditasi program studi. Proposal pengusulan akreditasi institusi merupakan hal yang penting maka perlu mendapatkan prioritas kebijakan. “Setelah mendapatkan akreditasi A harus ada peningkatan ke akreditasi internasioanl. Dengan memiliki akreditasi internasional akan memudahkan mahasiswa mengikuti aktivitas akademik di jaringn internasioanal.

Kegiatan yang berlangsung dua hari ini mengundang perwakilan program studi seluruh jenjang (Diploma Sarjana Magister Doktor dan Profesi) dan Pimpinan Universitas serta tim fakultas. Dalam kegiatan tersebut dijelaskan pula  mengenai persiapan dan proses penyusunan borang program studi serta fakultas dengan tujuan agar nilai akreditasi program studi di UM bisa mencapai nilai maksimal. Lokakarya tersebut mengundang sekitar 19 program studi semua jenjang yang program studi nya akan habis akreditasinya program studi yang mempunyai nilai C dan program studi baru yang belum terakreditasi dan hampir meluluskan ataupun sudah meluluskan mahasiswanya.

Nara sumber utama dalam lokakarya ini adalah Prof. Dr. Nunuk Dyah Retno L Drh M.S dan Dra. Hartati M.Si yang berasal dari Universitas Airlangga Surabaya. Mereka berdua telah berpengalaman dalam mempersiapkan akreditasi program studi tingkat internasional. Berkat pengalaman dan jasa mereka berdua kini Unair telah memiliki prodi dengan akreditasi internasional. Dalam lokakarya ini mereka berbagi pengalaman tips dan trik serta memaparkan strategi menembus akreditasi internasional. Diharapkan dengan lokakarya yang bertemakan “Penyiapan Akreditasi Prodi Tingkat Internasional” ini sivitas akademika UM semakin memahami pentingnya akreditasi tingkat internasional dan semoga beberapa tahun kedepan UM dapat memiliki prodi berstandar internasional.(Ksr/Ade)

sumber : http://www.um.ac.id/content/page/2/2014/06/lokakarya-akreditasi-program-studi-tahun-2014

Materi “Peran Penting Kepemimpinan dalam Dunia Pendidikan” Pelatihan Kepemimpinan dan Wawasan Perkuliahan Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan IPS Tahun 2014

PERAN PENTING KEPEMIMPINAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN (Materi dari Bapak Dr. GM. Sukamto Dn., MPd, MSi dalam Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan dan Wawasan Perkuliahan Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun 2014

PERAN PENTING KEPEMIMPINAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Oleh:

Dr. GM.  Sukamto Dn., MPd, MSi

(Kepala Laboratorium sekaligus Pembina Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS FIS UM)

Peranan kepemimpinan

Tiap organisasi yang memerlukan kerja sama antar manusia menyadari, bahwa masalah yang utama ialah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum cukup banyak dicurahkan.Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra‑ilmiah kepada kepernimpinan yang ilmiah.

Dalam tingkatan pra‑ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis.Kepemimpinan itu di­pandang sebagai pembawaan seseorang, sebagai anugerah Tuhan.Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat‑sifat istimewa yangdipandang sebagai syarat suksesnya seorang pernimpin.

Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagaisuatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur‑unsur danfungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat‑syarat apayang di­perlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasiyangberbeda-beda. Pandangan baru ini membawa perubahan besar.Cara bekerja dan sikap seorang pernimpin dipelajari.Cara melatih pe­mimpin‑pemimpin diubah.

Orang mempelajari lebih banyak aspek kehidupan dalam kelompok.Ada yang memusatkan perhatian terhadap hubungan insani dalam kelompok. Ada pula yang memperhatikan organisasi kelompok, aspek perasaan atau emosi, struktur kekuasaan dan wibawa antar anggota, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi, fungsi pemimpin dan yang dipimpin.

Hasil berbagai penyelidikan menjelaskan, bahwa terdapat perubahan dalam konsepsi mengenai sifat kepemimpinan.Karena itumaka kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai suatu kedudukan atau kepribadian.Jarak antarapemimpin dan yang dipimpin makin dekat. Status pemimpin dan yang dipimpin pada waktu dan kesempatan lain dapat berganti. Terbukti dalam banyak kesempatan dan situasi, bahwa kelompok dapat bekerja de­ngan lebih efisien dan kooperatif, bila fungsi pimpinan terbagi antara banyak anggota.Setiap orang dapat menyumbangkan tenaga dan pi­kiran sesuai dengan kernampuan masing‑masing dalam mengejar cita­cita bersama.

Hasil penyelidikan yang lain ialah kesadaran, bahwa kelompok itu merupakan suatu organisasi yang tumbuh dan dinamis, yang memer­lukan pimpinan yang berbeda dalam setiap tingkat perkernbangan­nya. Setiap kelompok dalam permulaannya bagaikan seorang anak kecilyang memerlukan bimbingan dari orang tuanya/pemimpin nya.Diperlukan bantuan untuk menetapkan tujuan, mengatur tugas pe­kerjaan mengkoordinasikan usaha tiap anggota dan menghindarkan penyimpangan‑pe nyimpangan.

Dalam tingkatan berikutnya, yaitu menjelang kedewasaan kelom­pok berada dalam situasi konflik antara hasrat untuk bebas merdeka dan rasa takut akan kehilangan lindungan dari orang tua/pernimpin. Masa ini bertandakan tantangan‑tantangan terhadap pernimpin.

Kelompok yang telah dewasa bekerja sebagai organisme yang mer­deka dan terintegrasikan dengan baik.Kelompok menerima tanggung jawab, masalah‑masalah dihadapi dengan serius dan diselesaikan se­cara objektif.Diadakan pernbagian tugas yang merata sesuai dengan kecakapan masing‑masing dengan mempergunakan prosedur yang telah diterima bersama.Perhatian dialihkan dari kepentingan perse­orangan/pribadi kepada kepentingan bersama. Pemimpin yang baik akan menyadari perkernbangan ini dan akan giat berusaha untuk membantu kelompok mencapai kedewasaannya. Pimpinan yang tidak menyadari proses pertumbuhan ini atau menolak untuk menyerahkan kekuasaan, wewenang, pengawasan dan berusaha untuk memperta­hankan kelompoknya dalam keadaan tidak dewasa yang menyandar­kan diri pada pelindung. Pemimpin yang tidak mudah memberikan kekuasaan kepada kelompoknya, akan sangat mengganggu perturn­buhan, dan tidak sanggup memberikan bantuan yang diperlukan.

Peranan baru bagipemimpin

Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin.Titik berat beralih dari pe­mimpin sebagai orang yang piembuat rencana, berpikir, dan mengam­bil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang‑orang lain, kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama ialah pelatih dan koordinator bagi kelompok.

Fungsinya yang utama ialah membantu.kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya se­bagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan‑bantuan yang khas.

  1. Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik. Kalau ia memandang dirinya sebagai seorang supervisor dan mulai “merajai” anggota‑anggota yang lain, maka ia akan menciptakan suasana bersaing, bermusuhan, formal‑formal an, menjauhkan diri, melontarkan kritik, dan salah‑menyalahkan.

Sebaliknya seorang pemimpin yang menganggap dirinya seba­gai seorang yang mengharapkan kerja sama, dengan memilikifungsi yang khusus, dengan sikap yang didasarkan atas penghar­gaan terhadap nilai integritas, akan berhasil untuk menciptakan suasana persaudaraan, kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.

Sikap yang demikian akan menumbuhkan iklim, di mana ke­lompok akan mencapai kepribadian yang dewasa dan demokratis dengan pembagian tanggung jawab yang seimbang.

  1. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. Ia bertanggung jawab dan ikut serta dalam memberikan perang­sang dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan men­jelaskan tujuannya. la berusaha agar para anggota bekerja sama, baik dalam perencanaan, maupun dalam pelaksanaannya dengan menetapkan tugas kelompok dan kewajiban tiap‑tiap anggota.
  2. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan,prosedur-­prosedur kerja. Efisiensi kerja memerlukan prosedur yang tepat.Prosedur dengan sidang paripurna seringkali dirasakan kaku dalam iklim yang demokratis.Karena itu pemimpin harus mem­bantu kelompok dalam menganalisa situasi untuk kemudian me­netapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.

Dalam suatu kesempatan prosedur diskusi dengan menerima.secara aklamasi memang merupakan’suatu jalan yang baik. Dalam situasi yanglain pembagian dalam panitya‑panitya adhoc mungkin dirasakan lebih produktif.

Seorang pemimpin harus dapat dipandang sebagai “ahli pro­sedur”.

  1. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan ber­sama dengan kelompok. Meskipun pemimpin bebas untuk meng­ajukan pertanyaan dan memberikan saran, ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan bagi orang‑orang lain.

la harus menyadari bahwa kelompok mempunyai hal untuk ber­buat salah dan bahwa kelompok hanya akan menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung jawab untuk hal‑hal yang telah diputuskan dan dilaksanakannya sendiri.

  1. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. yang perlu diperhatikan bukan saja apa yang dilakukan melainkan juga bagaimana suatu hal dikerjakan oleh kelompok atau perstorangan. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerja­an yang dilakukannya dan kemudian berani menilai hasilnya se­cara jujur dan objektif.

Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan

Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan yang demokratis memberikan perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemim­pinan yang memperhatikan 3 dimensi, yaitu sebagai ~prikut.

I . Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam keahlian yang khusus, seperti ketua suatu komisi, pimpinan kelompok diskusi, pengajar suatu mata pelajaran, memimpin suatu organisasi.

  1. Latihan untuk memoeroleh pengertian umum tenta fig sikap ke­lompok yang berlaku bagi setiap kelompok dalam setiap situasi.
  2. Latihan bagi semua anggota (jadibukan hanya sebagai pemimpinsaja), agar setiap orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan.

Ternyata, bahwa latihan yang paling efektif ialah latihan yang dilaku­kan dengan seluruh kelompok dengan mengambil pengalaman secaraterus‑menerus.Latihan kepemimpinan yang lengkap harus menyangkut dan memperhatikan ketiga dimensi tersebut di atas.

Individualitas dan kelompok

Kadang‑kadang dikemukakan kekhawatiran, bahwa dengan titik berat yang terlampau banyak diletakkan kepada partisipasi dalam‑ke­lompok sebagai akibat terjadi pengekangan terhadap individualisme, kemerdekaan, kreativitas, dan kepribadian.Tidak dapat disangsikan bahwa ada kalanya situasi menuntut sese­grang melakukan tugas seorang diri.labarus kreatif dalam kesepian untuk kepentingan pribadi. Tetapi dalam dunia yang kompleks dan kait‑berkait banyak pekerjaan yang tidak dapat kita kerjakan seorang diri. Maka kita harus menggabungkan diri dalam kelompok untuk mencapai apayang kita harapkan sebagai perseorangan.

Kita memerlukan pemimpin yang menghargai kualitas dan potensi setiap anggota kelompok; pemimpin yang dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memberikan sumbangan yang sesuai de­ngan kesanggupannya dalam usaha mengajar cita‑cita bersama.Tidak boleh ada pertentangan antara individualitas dan kecakap­an bekerja dalam kelompok.Sebaliknya pemimpin yang bijaksana dan demokratis memberikan keleluasaan bagi pengembangan kepribadian masing‑masing, sehingga dapat memberikan sumbangan yan maksimal dan menikmati kepuasan hati sebagai pribadi.

Menciptakan suasana “diterima’

yang diperhitungkan bukanlah apa yang diceriterakan kepada orang-orang, melainkan apa yang mereka terima. Orang seringkali memikirkan komunikasi sebagai satu langkah untuk meneruskan suatu ide. Sebenarnya langkah itu terdiri dari: (a) mengolah suatu ide; (b) meneruskan kepada orang-orang yang harus menjalankan ; (c) merangsang orang-orang untuk mengerjakannya.

Suatu rencana jarang mencakup liku‑liku dan problem yang harus dipecahkan. Pemimpin harus mempelajari prosesnya, menetapkan problem‑problem, menggariskan alternatif penyelesaian dan memutuskan mana yangakan diambil.

Kalau keputusan telah diambil, pimpinan harus meneruskannyakepada ‑orang lain. Hal ini nampaknya mudah.Pemimpin harus berbicara dengan teliti, hingga kelompok dapat memahaminya.Instruksi dapat diterima berbeda‑beda.Perubahan tugas dapat membawa akibat yang positif dan negatif.Salah pengertian disebabkan oleh pandangan yang berbeda, di samping penguasaan pengertianistilah.Hal ini harus diperhatikan.

Merangsang seorang untuk bekerja

Menjelaskan suatu ide tidak cukup; pemimpin berkewajiban untuk mengusahakan agar hal itu dikerjakan. Motivasi merupakan dasar kerja tim (team work). Pekerja yang tahu apayang diharapkan dari padanya, yang merasa bebas untuk berdiskusi dengan atasan, akan bekerja dengan perhatian dan kegairahan yang tinggi.

Komunikasi bebas pada umumnya menghasilkan moril dan produktivitas yang tinggi.Perbaikan dalam komunikasi hendaknya di­adakan untuk menghubungkan atasan dan bawahan.Pemimpin harus dapat menutup jurang antara policy making, management, dan administrasi.la harus menggariskan landasan di mana hal‑hal tersebut bertemu. la harus memperhatikan 3 faktor: (1) keperluan dan polisi organisasi; (2) perhatian para, pekerja; (3) tujuan dan cita‑cita sendiri. Tidak semua tujuan jabatan itu sederhana, meskipun ada tujuail ekonomis seperti kenaikan pangkat dtau gaji.Kurang disadari adanya, keinginan untuk mencari kepuasan hati. Hal ini mencakup: rasa piias’ bahwa tugas dijalankan dengan baik hubungan persaudaraan antara, pimpinan dan yang dipimpin rasa aman dan terjamin, kesempatan untuk memikul sesuatu yang lebih berat.

Pemimpin harus dengan jujur menghadapi keperluannya pribadi dan menyesuaikannya dengan keperluan organisasi dan pegawai‑pegawai yang lain. Penyelidikan membuktikan, bahwa faedah “cambuk” hanya bersifat sementara, sedangkan akibat‑akibat yang negatif dan‑merugikan itu sangat banyak.

Orang yang memaksakan produksi dari pegawai‑pegawai yang segan dan apatis, tidak sebaik orang yang merangsang pegawai‑pegawainya untuk menjalankan tugasnya, masing‑masing dengan sebaikbaiknya. Seorang pemimpin harus mengikuti rencana dan polisi dari organisasinya, ialah yang harus meneruskannya kepada orang‑orang lain, paling tidak garis besarnya, dan hendaknya diketahui pula siapa yang dapat dimintakan bantuannya dalam hal‑hal yang khusus.

la harus mengenal kelompoknya secara, individual, bukan secarastatistik saja. Setiap orang mempunyai pengalaman, sikap, peranandan harapan yang perlu diketahui oleh pimpinan.Siapa yang inginmengenalnya dapat menempu ‘ h jalan mendengarkan dan mengadakanobservasi dengan baik.Tindakan mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalamjangka panjang para pegawai tidak dipengaruhi oleh apayang dikatakan manajemen akan tetapi apa yang dilakukan.

Pemimpin yang “setingkat”‑ dengan bawahannya, mau mendengarkan masalah yang mereka hadapi, yang benar‑benar memperhatikan.mereka, dapat melakukan kepemimpinan yang efektif, mes.kipun ia tidak selalu mengatakan, “Selamat pagi”.

Komunikasi harus merupakan program yang terus‑menerus, bukan yang bersifat sementara.Kalau suasana yang baik telah tercipta, maka sukarlah tergoyahkan. Kalau bawahan merasa, bahwa pimpinan sungguh‑sungguh menyayanginya, maka mereka akan selalumenaruh keperca’yaan dan menanggapi segala usul dan rencananya se­cara konstruktif dan positif. Komunikasi yang baik bergerak ke duaarah; pemimpin: mengatakan‑, memberitahu, memerintahkan (telling, informing, commanding), yang dipimpin: mendengarkan, menanyakan, menafsirkan (listening, asking, interpreting).

Untuk mengetahui apakah pesan sampai dipahami oleh yang bersangkutan, pemimpin harus merangsang mereka untuk mengeluarkan pendapatnya, memajukan pertanyaan, dan ia harus memperhatikan masalah‑masalah yang mungkin timbul. Meskipun masalah itu ada kalanya nampak kecil, akan tetapi kalau tidak terjawab, akan merupakan rintangan bagi pengertian dan pelaksanaan.

Pada masa persaingan seperti sekarang ini perusahaan‑perusahaandapat jatuh bangun dan hal ini banyak tergantung dari produksinya,sedangkan produksi banyak pula tergantung dari kerja tim dalam artipartisipasi dari segala potensi/unsur yang terdapat dalam perusahaanitu. Seorang pemimpin yang memanggil orang‑orangnya mengatakan.”Kita menghadapi masalah besar dan saya memerlukan bantuan saudara”, mungkin dapat lebih merangsang perasaan senasib dan sepe­nanggungan dari orang yang mengadakan program‑program partisi­pasi yang formal yang diperhitungkan dalam analisa terakhir, bukanlah apa yang dikatakan pada orang, akan tetapi apa yang diterimanya. Konsep komunikasi inilah yang‑ memberi tanda khas pada pimpinan yang efektif.

Empat prinsip untuk meneruskan ide supaya diterima, ialah sebagai berikut :

  1. Berbicaralah dalam satu bahasa dengan orang‑orang.
  2. Janganlah “menjual” lebih dari satu ide dalam suatu ketika.
  3. Pakai contoh‑contoh yang khas untuk memberi “bumbu” padaide‑ide Saudara.
  4. Jangan mempergunakan kritik saja, tetapi pakailah pula pujian­-pujian.

Kalau memberikan perintah, perhatikanlah faktor‑faktor: mengapa,siapa, apa, bilamana, di mana, bagaimana (why, who, what, when, where, how). Suatu pemerintah hendaknya mencakup pernyataan nng jelas mengenai hasil yang diharapkan kalau tugas itu selesai. Hal im dapat memberikan jalan bagi pegawai untuk,inenetapkan, apakah pekerjaannya memenuhi persyaratan/permintaan.

Juga cara menyampaikan perintah itu adalah penting: nada, suara, mimik, banyaknya waktu yang dipergunakan. Tindak lanjut (follow‑up) pemberian perintah tergantung dari mudah atau sukarnya tugas yang harus dilakukan dan apakah yang harus menjalankan pekerjaan itu seorang pegawai baru ataukah seorang ahli. Ada kalanya cukup hanya melihat hasil terakhir saja, akan teta~i ada kalanya setiap langkah perlu diikuti. Dalam hal ini hendaknya dihilangkan perasaan, bahwa sekorang terus‑menerus diawasi.

Kekurangan‑kekurangan umum yang diperbuat  dalam memberikan perintah ialah:

  1. ragu‑ragu atau berbicara terlampau cepat;2.      memberikan perintah dengan cara untung‑untungan dan tergesa­-  gesa dengan asumsi bahwa pegawai sudah lebih mengetahui;3. memandang bahwa para pegawai sepatutnya memahami perintah. Kalau memberikan perintah hendaknya diperhatikan kalaukalau ada ekspresi yang menunjukkan tanda‑tanda kebingungan;4.         pengambilan waktu yang tidak baik;5.        ingin menunjukkan kekuasaan. Hal ini mudah menimbulkan rasasegan;
  2. memberikan terlampau banyak dalam suatu ketika:7.      memberikan perintahyang bertentangan;8.    mengambil manfaat dari orang‑orang yang menurut. Dengan demikian ada orang yang mendapat kelebihan beban (overloaded) dan ada yang senang‑senang;9.mengekspresikan perintah secara negatif. Dimana mungkin tonjolkanlah hal‑hal yang positif.

Kepemimpinan Pendidikan

Dewasa ini orang‑orang yang menginginkan kebebasan, memperhatikan apa arti kepemimpinan dan bagaimana dilaksanakan dalam rangka menjunjung tinggi hak dan kebebasan untuk berpikir dan menetapkan tujuan sendiri dalam masyarakat dengan demokratis.

Bangsa yangdemokratis menerima tantangan kepemimpinan karena kita mempunyai kepercayaan akan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan rasa tanggung jawab yang mendalam. Dengan demikian masalah‑masalah dunia harus dijawab dengan tindakan‑tindakan yang nyata (karya), bukan dengan pidato‑pidato.

Konsep kepemimpinan yangdemokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan di mana:

  1. kebebasan pemikiran seseorang atau kelompok menghasilkan tin­dakan yang bertanggung jawab;
  2. perbedaan penilaian dan kepercayaan dapatfnemanfaatkan per­bedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran;
  3. motivasi, perasaan dan sentimen orang‑orang mendorong dan mengarah kepada pemecahan masalah‑masalah;
  4. kelompok‑kelompok dapat mencari perimbangan antarakepentingan kelompok dan kepentingan umum;
  5. orang‑orang memakai kecakapannya dengan efektif dalam menyelesaikan masalah‑masalah;
  6. orang‑orang bukan saja memakai sumber‑sumber intern, akan tetapi meluas ke luar untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan kreativitas dalam menetapkan dan memecahkan masalah-masalah.

Dengan demikian bila demokrasi mencakup di antaranya keenam hal di atas, maka bukan saja potensi dan kebebasqn berpikir seseorang meningkat melainkan orang‑orang dan kelompok itu meningkat pula dalam penerapan intelegensi dan kebebasan berpikir untuk menyelesaikan masalah‑masalah kelompok dan masyarakat.

Sekolah harus banyak ditentukan oleh masyarakat, baik melalui instansi atau lembaga resmi atau secara tidak resmi, schingga keinginan masyarakat dapat disalurkan dan dapat ditimbulkan kesadaran dalam hal apa rakyat dapat membantu untuk meningkatkan taraf pendidikan. Kegiatan atau sikap orang‑orang atau kelompok hendaknya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang makin dapat diterima oleh mereka.

Kegiatan kepemimpinan dapat singkat atau berlangsung lama. Dorongan dapat datang dari anggota‑anggota lain secara suka rela. Dapat pula datang dari luar.Bagaimanapun juga kegiatan kelompok hendaknya:

–     memusat pada tujuan berorientasikan nilai‑nilai

–     merangsang

–     kreatif

Pemimpin kelompok hendaknya mempunyai pengertian, pandai merasakan apayang hidup dalam kelompok dan dapat diterima. Apayang dilakukannya dan apa yang terjadi dalam kelompok hendaknya memberikan: penjelasan, kekuatan, bantuan, saran alternatif, hubungan dan pengaturan baru, pengertian baru, pola atau cara kerja baru, motivasi, perspektif dan konsep pemikiran baru.

Kegiatan kepemimpinan adalah lebih luas daripada apayangdapat dilukiskan dengan kata‑kata. Kegiatan itu merupakan kualitas interaksi yang memungkinkan penambahan pengertian mengenai orang‑orang.

Sekolah hendaknya merupakan suatu loka karya di mana demokrasi dibangun. Titik berat terletak pada:

–     tugas‑tugas kepemimpinan pendidikan yang diteruskan kepada orang‑orang demokratis karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bertanggung jawab yang lahir dari kebebasan itu;

–     Perhatian terhadap kesulitan‑kesulitan yang dialami dalam menu­naikan tugas ini, teori‑teori baru yang membantu warga sekolah untuk, menanggulangi kesulitan‑kesulitan, gagasan baru untuk or­ganisasi dan struktur situasi sekolah, dan akhirnya beberapa as­pek problem dengan keperluan‑keperluan mendesak untuk penye­lidikan selanjutnya.

Tugas kepemimpinan pendidikan

Tujuan pendidikan menyebabkan sifat kepemimpinan yang berbeda,sehingga dapat tumbuh birokrasi kekuasaan dengan pengawasan yang ketat atau carayang demokratis atas dasar intelijensi untuk menemu­kan sifat program pendidikan.

Berhubung dengan itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk memahami berbagai alternatif dengan segala konsekuensi bagi suatu pilihan tertentu.Keputusan dapat diambil pada berbagai tingkatan masyara­kat dengan melalui berbagai media dan instansi. Meskipun pemerin­tah pusat dengan hirarki vertikalnya banyak mempunyai pengaruh, nAmun tidak kecil peranan yang dapat dimainkan di tingkat daerah dengan segala kegiatan masyarakat setempat dan kepemimpinan yang terdapat di sana.

Kegiatan kepemimpinan pendidikan hendaknya mencakup tujuanuntuk:

1).     membantu masyarakat menetapkan tujuan pendidikan;2).   memperlancar proses belajar dan mengajar, sehingga lebih efek­tif;3).   menyusun kesatuan organisasi yang produktif;4. mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan tumbuhnyakepemimpinan;5). menyediakan sumber‑sumber yang baik untuk mengajar dengan     efektif.

Kalau kepemimpinan pendidikan itu efektif maka:

  1. masyarakat akan mendapat bantuan dalam menentukan tuju­annya;
  2. akan terdapat hasil dan efektivitas yang lebih besar dalam meng­ajar dan belajar;
  3. masyarakat sadar akan fungsinya sebagai penyumbang yang ber­tanggung jawab terhadap organisasi yang produktif;
  4. iklim kerja akan membantu perkembangan;
  5. akan diperoleh tambahan dalam sumber‑sumber yang diperlukanuntuk meningkatkan situasi belajar‑mengajar.

Kalau kepemimpinan benar‑benar berjalan, maka akan timbulperubahan dan. penyempumaan dalam program, dalam kualitas mengajar dalam kelas dan sifat sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, sehingga dengan demikian berubah pula pandangan dan penghargaan masyarakat.

Daftar Bacaan

Covey, S.R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa aksara

Hadfield, S dan Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas dalam Segala Situasi.Jakarta: BIP Kelompok Gramedia.

Iyeng Wiaputra.1981.Beberapa aspek Dalam Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bhratara

Maxwell, J.C. 2003. Time Out. Penyegaran Spiritual bagi para pemimpin. Mitra Media

Murdoko, E.W.H. 2013. The Leader in You. Jakarta: ElexMedia Komputindo

Setiawan, I. 2012. Kitab Motivasi. Inspirasi dalam Meraih Sukses sejati. Jakarta: Nuansa Cendika

 

Dr. G.M. Sukamto, M.Pd, M.Si

Semboyan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (HMP IPS) FIS UM

TETAP SEMANGAT DAN JAGA KESEHATAN

 

semangatJaga Kesehatan dengan Bepikir Positif 1